Penelitian Arsip - Universitas Gadjah Mada https://ugm.ac.id/id/category/penelitian-dan-inovasi/penelitian/ Mengakar Kuat dan Menjulang Tinggi Fri, 07 Mar 2025 04:37:31 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.1.7 75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/ https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/#respond Fri, 07 Mar 2025 04:37:31 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76730 Hasil pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 menunjukkan dinamika politik terbaru. Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada melakukan analisis terhadap peta koalisi pemenang Pilkada pada 545 daerah. Hasilnya, sebagian besar daerah menunjukkan pola pemenangan yang sudah bisa diprediksi bahkan sebelum pemilihan berlangsung. Analisa tersebut disampaikan dalam […]

Artikel 75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>

Hasil pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 menunjukkan dinamika politik terbaru. Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada melakukan analisis terhadap peta koalisi pemenang Pilkada pada 545 daerah. Hasilnya, sebagian besar daerah menunjukkan pola pemenangan yang sudah bisa diprediksi bahkan sebelum pemilihan berlangsung. Analisa tersebut disampaikan dalam konferensi pers pada Rabu (5/3) oleh mahasiswa dan dosen Fisipol UGM.

Akhmad Fadillah, mahasiswa Fisipol UGM yang melakukan penelitian menyebutkan, hanya 131 dari 545 daerah yang mengalami kontestasi kompetitif pada Pilkada Serentak 2024. “Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa hanya 24,04% daerah yang mengalami kontestasi kompetitif, sementara lebih dari 75% daerah memiliki pemenang yang sudah dapat diprediksi sejak pra-pemilihan,” ujar Fadil.

Dari hasil survei ini menunjukkan bahwa tingkat kompetisi dalam Pilkada tidak lagi ideal sebagai wadah untuk bertukar gagasan dan ide. “Dikhawatirkan, justru pemilihan hanya diperlakukan sebagai formalitas dalam distribusi kekuasaan,” ujarnya.

Berdasarkan peta koalisi, pemenang Pilkada didominasi oleh kelompok koalisi besar dengan partai mayoritas di dalamnya. Kelompok ini terbentuk di 239 daerah atau 43,85% dari total daerah pelaksanaan Pilkada. Selanjutnya 133 daerah atau 24,40% merupakan Surplus Majority Coalition yang secara sederhana memiliki kekuasaan besar dalam legislatif.

Sedangkan sisanya adalah Grand Coalition sebanyak 7,34% atau 40 daerah yang merupakan koalisi besar partai pemenang. Dominasi koalisi besar ini menjadi menciptakan ruang kompetisi yang sempit karena lawan kontestasi yang terlalu kuat bagi partai ataupun koalisi kecil lainnya. “Tentunya ini sangat mengurangi esensi demokrasi, karena demokrasi yang baik adalah predictable procedures dan unpredictable results. Tapi kita sudah bisa memprediksi pemenang di pra pemilihan,” jelas Fadil.

Fenomena ini disebut sebagai Uncontested Election yakni situasi di mana hanya pemain-pemain besar saja yang mendapat kesempatan pemenangan. Dampaknya, akan terjadi pemusatan kekuasaan pada elite politik tertentu sehingga aspirasi dari perwakilan publik lainnya tidak dapat diakomodasi.

Dosen Departemen Politik dan Pemerintah, Alfath Bagus Panuntun mengungkap, pelaksanaan Pemilu dan Pilkada di Indonesia semakin marak dikendalikan oleh faktor pragmatis dibanding demokrasi. Salah satunya adalah mahalnya biaya politik, sehingga tidak semua kalangan memiliki kesempatan yang sama untuk terjun di dalamnya. “Biaya politik semakin mahal dari waktu ke waktu itu merupakan suatu hal yang terprediksi sebenarnya. Orang berkeyakinan untuk memajukan tokoh yang memiliki modal sosial yang besar,” tutur Alfath.

Menurutnya, kondisi politik saat ini hanya memungkinkan dua kalangan untuk dapat maju dalam pemilihan. Keduanya adalah mereka yang memiliki latar belakang keluarga politik dan kalangan pengusaha atau oligarki. Sangat jarang ditemui kandidat pemilihan berasal dari elemen masyarakat murni yang mengikuti proses kaderisasi partai secara bertahap hingga menjadi kandidat. Alfath menambahkan, bahkan fenomena ini sudah memunculkan situasi baru yang disebut kelelahan berdemokrasi. “Masyarakat sudah distrust, karena mereka merasa tidak akan yang berubah setelah pemilihan. Ini gejala nasional yang terjadi dalam demokrasi kita,” pungkasnya.

Kendati demikian tetap ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengembalikan demokrasi menguat kembali. Salah satunya dengan mendorong regulasi untuk kompetisi yang lebih sehat. Perlu adanya penguatan regulasi dan eksekusinya, sehingga aturan yang sudah disusun dengan baik juga harus diiringi dengan implementasi yang sesuai.“Ketika kita menemukan kecurangan dalam pemilihan, prosedur yang harus dilalui sangatlah panjang. Berujung tidak ada konsekuensi yang diproses pada kandidat. Ini juga merupakan tantangan,” ujar Tri Noviana, perwakilan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Menurutnya, penegakkan regulasi tidak terlepas dari keterlibatan seluruh peserta pemilu, baik kandidat, partai, maupun masyarakat. Setiap elemen berperan penting untuk menciptakan kembali pemilihan yang sehat dan kompetitif demi kembalinya demokrasi nasional.

Penulis : Tasya

Editor : Gusti Grehenson

Artikel 75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/feed/ 0
Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/ https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/#respond Mon, 03 Mar 2025 07:49:23 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76600 Menjadi pekerja migran di luar negeri merupakan sebuah pilihan untuk mengubah nasib dan lepas dari belenggu kemiskinan. Meski dijuluki sebagai pahlawan Devisa karena penghasilan dari mereka mengalir ke kampung halamannya. Namun tidak semua pekerja migran bisa meraih impiannya, tidak jarang mereka terkena persoalan kasus hukum dari status pekerja ilegal, korban perdagangan manusia hingga resiko kasus […]

Artikel Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Menjadi pekerja migran di luar negeri merupakan sebuah pilihan untuk mengubah nasib dan lepas dari belenggu kemiskinan. Meski dijuluki sebagai pahlawan Devisa karena penghasilan dari mereka mengalir ke kampung halamannya. Namun tidak semua pekerja migran bisa meraih impiannya, tidak jarang mereka terkena persoalan kasus hukum dari status pekerja ilegal, korban perdagangan manusia hingga resiko kasus perceraian di rumah tangganya.

Hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan lembaga Child Health and Parent Migration in Southeast Asia (CHAMPSEA) sejak tahun 2008, ditemukan fenomena gangguan perkawinan atau marital disruption di kalangan rumah tangga migran Indonesia.

Prof. Dr. Sukamdi, M.Sc., selaku peneliti PSKK menyampaikan bahwa menjadi migran diasumsikan dapat membantu keluar dari kemiskinan, meskipun kenyataannya tidak seperti itu. Meksi remitan yang dihasilkan juga mampu membantu mereka untuk bertahan di masa pandemi bahkan kondisi ekonomi mereka cenderung stabil. Akan tetapi tidak, sedikit pekerja migran yang mengalami ketidak harmonisan keluarga. “Inilah dampak yang paling signifikan dirasakan rumah tangga pekerja migran indonesia. Banyak terjadi kasus perceraian akibat mereka harus bekerja ke luar negeri menyebabkan mereka terpaksa berpisah dari keluarga sehingga keharmonisan sudah tidak terbangun,” kata Sukamandi dalam memaparkan hasil penelitian, kamis (27/2) lalu.

Anggota keluarga yang paling menjadi korban disini adalah anak dari rumah tangga para pekerja migran. Bahkan kesehatan mental sering dialami oleh anak migran seperti emosional symptoms, perilaku anak cenderung nakal, dan hiperaktif. ‘Dampaknya sangat berpengaruh pada kesehatan mental anak,” ujarnya.

Menurut data, kata Sukamdi, pekerja migran yang terdata oleh pemerintah hanya sebagian kecil dari jumlah yang berangkat ke luar negeri. Umumnya mayoritas gender pekerja migran adalah perempuan. Ditemukan banyak kasus dimana pekerja yang berangkat ke luar negeri dengan dokumen yang tidak resmi atau ilegal. Fenomena ini juga disebabkan oleh majikan nakal yang membutuhkan tenaga akan tetapi tidak melalui jalur resmi. “Oknum calon majikan menjanjikan untuk mengurus semua dokumen akan tetapi hal tersebut tidak juga terlaksana sehingga pekerja migran tersebut terpaksa menjadi imigran ilegal. Dengan skenario yang diatur sedemikian rupa sehingga kecurangan ini tidak terdeteksi dan dicurigai,” paparnya.

Prof. Lucy Jordan selaku peneliti CHAMSEA mengatakan pihaknya  bersama PSKK UGM melakukan sebuah riset panjang mengenai migrasi internasional. Penelitian dilaksanakan di Ponorogo yang mana merupakan daerah dengan kantong imigran yang cukup besar.  Namun dari hasil penelitian mereka belum lama ini sudah banyak ditemukan perubahan cara berpikir masyarakat  tentang menjadi pekerja migran. “Banyak masyarakat yang sudah tidak menyarankan untuk pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan himpitan kemiskinan. “Perubahan itu terjadi, orang mengubah cara berpikirnya,” ungkapnya.

Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, Fisipol UGM, Dr. Ely Susanto, mengungkapkan bahwa jumlah imigran yang keluar negeri untuk bekerja atau pun sekolah semakin bertambah sehingga perlu adanya perlindungan hukum yang mampu melindungi warga negara Indonesia di luar negeri. “Jangan sampai mereka di nina bobokan dengan istilah pahlawan devisa,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), pada Januari-Agustus 2024 terdapat 207.090 pekerja migran Indonesia (PMI) yang ditempatkan di berbagai negara. Sebanyak 108.477 orang bekerja di sektor informal, sedangkan 98.613 lainnya di sektor formal. Pekerja migran didominasi oleh perempuan sebanyak 141.627 dan laki-laki sebanyak 65.463 pekerja.

Kasus gangguan perkawinan di kalangan pekerja migran indonesia menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Pemerintah diharapkan mampu memberikan perlindungan tidak hanya untuk pekerja migran indonesia namun juga terhadap keluarga yang ditinggalkan terutama anak-anak di rumah tangga PMI. Jangan sampai yang awalnya bertujuan untuk menggapai kesejahteraan hidup malah membuat trauma mendalam bagi anak-anak yang ditinggalkan.

Penulis : Jelita Agustine

Editor   : Gusti Grehenson

Foto.    : Freepik dan Dok.PSKK

Artikel Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/feed/ 0
Puspar UGM Rancang Master Plan Geopark Vulkanik Purba Kabupaten Sikka https://ugm.ac.id/id/berita/puspar-ugm-rancang-master-plan-geopark-vulkanik-purba-kabupaten-sikka/ https://ugm.ac.id/id/berita/puspar-ugm-rancang-master-plan-geopark-vulkanik-purba-kabupaten-sikka/#respond Wed, 30 Oct 2024 03:44:36 +0000 https://ugm.ac.id/?p=72262 Upaya serius Pemerintah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan rekognisi keragaman potensi geopark terus dijalankan. Melalui pengkajian bersama Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Bapperida Kabupaten Sikka telah melangsungkan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) tahap awal dari studi Penyusunan Master Plan Geopark Kabupaten Sikka bertempat di Kantor Bupati Sikka, Jum’at (25/10). Dosen Departemen Teknik Geologi […]

Artikel Puspar UGM Rancang Master Plan Geopark Vulkanik Purba Kabupaten Sikka pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Upaya serius Pemerintah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan rekognisi keragaman potensi geopark terus dijalankan. Melalui pengkajian bersama Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Bapperida Kabupaten Sikka telah melangsungkan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) tahap awal dari studi Penyusunan Master Plan Geopark Kabupaten Sikka bertempat di Kantor Bupati Sikka, Jum’at (25/10).

Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM sekaligus ketua tim Ahli Puspar Agus Hendratno,ST., M.T.,mengatakan keunikan geologi di Sikka memiliki nilai luar biasa dari sisi bentukan, geometri, dan sejarah bentang alam vulkanik Kuarter maupun bentang alam Vulkanik Tersier. Menurut Agus, Taman Wisata Alam Laut Teluk (TWAL) Maumere sudah dikenal sejak lama. Termasuk juga Gunung Api Egon yang banyak menarik minat wisatawan minat khusus untuk mendaki gunung api tersebut untuk melihat fenomena kegunungapian pada kawah aktifnya. “Sudah sepatutnya bila para pihak aktif terlibat dalam mendorong proses inspiring Geopark Nasional untuk Kabupaten Sikka sampai di tingkat global,” katanya.

Meski begitu, imbuh Agus, pengembangan geopark ini harus berdasarkan tiga pilar dasar geokonservasi, yaitu konservasi, edukasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dari mapping identifikasi geoheritage, disebutnya terdapat dua matra geologi yang menguatkan keunikan Geopark Vulkanik Purba di Kabupaten Sikka, yaitu matra laut dan matra daratan.

Lebih lanjut, Hendratno menegaskan gempa dan tsunami yang pernah melanda Teluk Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Desember 1992 silam masih menyisakan jejak geologi yang patut menjadi pembelajaran. Di Desa Koja Doi sebagai gugusan pulau pulau vulkanik purba di Teluk Maumere didapati bangunan runtuhan gempa/ hempasan tsunami dan penurunan muka tanah akibat likuifaksi (peluluhan) yang di desa ini. Lokasinya tidak jauh dari episentrum gempa tektonik 7,8 magnitudo, yang berada di Pulau Babi (pulau vulkanik purba).

“Rekahan yang berada di dasar perairan dangkal area perairan Pulau Babi masih tampak kasat mata terlihat di atas perahu saat melintas berwisata bahari ke Kepulauan Pangabatang. Rekahan (terpatahkan) di dasar perairan laut dangkal Pulau Babi, saat ini menjadi salah satu spot diving bagi wisatawan asing maupun wisatawan Nusantara,” terangnya.

Fitrinita Kristiani S.Sos, M.Si, Asisten I Pemerintahan dan Kesra Sikka menyambut baik gagasan Bapperida mendorong potensi geopark Sikka sebagai salah satu modal mengenalkan Maumere di tingkat global. Melalui kajian ini diharapkan mampu mengangkat potensi lokal. “Kami punya keyakinan beragam potensi kebumiaan, baik yang ada di bawah laut ataupun daratan sarat dengan nilai edukasi. Kami pun juga yakin dengan keunikan budaya dari suku-suku bangsa di Sikka ini akan menguatkan produk geoheritage yang kini tersebar di 19 sites”, tuturnya

Dr. Destha Titi Raharjana, sebagai anggota tim Puspar UGM menambahkan keragaman dan keunikan bebatuan sebagai geodiversity dan dukungan potensi cultural-diversity untuk menguatkan story-telling dalam gagasan model pengembangan geopark ini. Untuk itu, katanya, pemkab melalui Dinas Pariwisata perlu menghasilkan guidebook tentang toponim, legenda untuk sites potensial yang memiliki geoheritage. “Buku saku ini kelak dijadikan referensi melengkapi pengetahuan pemandu wisata di Kabupaten Sikka”, imbuhnya.

Kurnia Fahmy Ilmawan, S.Si, M,Sc anggota tim peneliti Puspar UGM menjelaskan kekayaan warisan geologi di Kabupaten Sikka tersebar mulai dari bawah laut hingga di puncak gunung di 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Paga, Kecamatan Mego, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Palue, Kecamatan Bola, Kecamatan Doreng, Kecamatan Waigete, dan Kecamatan Alok Timur. Kondisi ini memperlihatkan kekayaan warisan geologi yang perlu dikelola secara bijak untuk kepentingan konservasi, edukasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat karena kekayaan warisan geologi telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi budaya dan kehidupan masyarakat di Kabupaten Sikka.

Salah satu lokasi geosite yang termasuk dalam geoheritage Kabupaten Sikka adalah Pantai Ogor Paret, Desa Woloterang, Kecamatan Doreng. Pantai Ogor Paret merupakan spot rocky beach yang tersusun oleh aliran lava andesitik yang mengalami pembekuan cepat karena faktor sentuhan air laut saat pembekuannya dan terpapar patahan kompresif yang massif. “Memahami bahwa Pantai Ogor Paret memiliki keindahan alam dan keunikan geologi volkanik, maka Kelompok Sadar Wisata mulai mengembangkan Ogor Paret menjadi sebuah atraksi wisata . Penyusunan masterplan ini diharapkan berdampak positif bagi masyarakat dan daerah sekitar area geoheritage Pantai Ogor Paret”, jelasnya.

Untuk aspek keragaman budaya (cultural diversity), Arkan Syafera, S.Ant., M.A. selaku asisten peneliti menemukan kekayaan budaya Sikka merupakan hasil dari aktivitas beberapa suku di Maumere, yakni suku Sikka-Krowe, Lio, Bajo, Palue, Tana-ai, dan Muhang yang kemudian keenamnya terbagi kembali ke dalam sub-etnis. Masing-masing suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam hal bahasa atau logat bicara, motif tenun, tarian, ritual/upacara adat, cerita rakyat dan sebagainya.

Beberapa di antaranya sudah ditampilkan dengan latar belakang geo-site, misalnya syair yang berkembang di sekitar geo-site Tebing Kubah Lava Hokor yang berbunyi, “Hokor Watu Apar, guman gogo leron tolor, tubu nane rebu, kota nane korak, ponun puan helang ilin, ga ata maten gateng ata moret”. (Hokor kampung berbatu, malam runtuh – siang terguling, berpagar besi, bertatakan tempurung, asal mula jin dari gunung, melahap yang mati, menantang yang hidup). Syair ini menceritakan orang-orang Hokor berkampung batu dan selalu menang dalam perang yang kemudian juga mewujud menjadi sebuah tarian bernama Tari Bebing sebagai simbol heroisme tentang perjuangan para leluhur yang telah memperjuangkan & mempertahankan wilayah kekuasannya di wilayah Hokor.

Hasil budaya semacam itu, dalam pandangan Arkan menjadikan geosite lebih menarik untuk dikunjungi, dinikmati, dan dipelajari. Tidak hanya itu, produk kreatif warga sekitar seperti tenun ikat, olahan kakao, kopi, dan lainnya mampu dikembangkan sebagai geoproduk yang melengkapi geotrail yang kelak akan dirumuskan. Pemkab Sikka pun sudah menetapkan produk tenun ikatnya sebagai Indikasi Geografis. “Saya kira penting pula dilengkapi informasi aspek geobiodiversity yang menyajikan keragaman jenis flora-fauna endemik sebagai pelengkap dari taman bumi yang ajukan pemkab Sikka ke pemerintah pusat,” papar Arkan Syafera.

Penulis : Agung Nugroho

Foto      : Shutterstock

Artikel Puspar UGM Rancang Master Plan Geopark Vulkanik Purba Kabupaten Sikka pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/puspar-ugm-rancang-master-plan-geopark-vulkanik-purba-kabupaten-sikka/feed/ 0
Bahasa Enggano Diambang Kepunahan https://ugm.ac.id/id/berita/bahasa-enggano-diambang-kepunahan/ https://ugm.ac.id/id/berita/bahasa-enggano-diambang-kepunahan/#respond Fri, 25 Oct 2024 04:59:05 +0000 https://ugm.ac.id/?p=72085 Banyak bahasa daerah saat ini terancam punah karena tidak dilestarikan oleh para penuturnya, tidak diajarkan disekolah bahkan  tidak menjadi perhatian utama dari pemerintah daerah setempat. Salah satu bahasa daerah yang tengah menjadi bahan riset dari tim peneliti UGM adalah eksistensi bahasa Enggano yang ada di pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu yang saat ini […]

Artikel Bahasa Enggano Diambang Kepunahan pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Banyak bahasa daerah saat ini terancam punah karena tidak dilestarikan oleh para penuturnya, tidak diajarkan disekolah bahkan  tidak menjadi perhatian utama dari pemerintah daerah setempat. Salah satu bahasa daerah yang tengah menjadi bahan riset dari tim peneliti UGM adalah eksistensi bahasa Enggano yang ada di pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu yang saat ini rentan terancam punah.

Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA, selaku peneliti Bahasa Enggano dari Fakultas Ilmu Budaya UGM menyampaikan bahwa bahasa Enggano semakin rentan punah lantaran hanya sekitar 30% dari penutur suku Enggano yang masih menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mengamati beberapa kepala suku di Enggano. Ironisnya, mereka sama sekali tidak mengenali bahasa Enggano yang telah dituliskan oleh orang asing. Hal ini menunjukkan bahwa pengucapan dan pelafalan bahasa Enggano sangat berbeda dari bahasa lainnya secara umum,” ujar Wening dalam Talk Show “Sinergi dan Aksi dalam Upaya Preservasi Bahasa Daerah” dan screening film Senja Kala Bahasa Enggano di Auditorium Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Rabu (23/10).

Dr. Aprillia Firmonasari, S.S., M.Hum., DEA., selaku Ahli Bahasa dari FIB UGM menuturkan Bahasa Enggano sendiri mengalami ancaman serius, dengan jumlah penutur yang semakin berkurang. Meski belum pernah ke Enggano, Aprilia mengatakan, ia pernah membimbing mahasiswa untuk melakukan penelitian mengenai kepunahan bahasa ini. Ia mengutip data terbaru dari Summer Institute of Linguistics (SIL) menunjukkan bahwa ada sebelas bahasa yang terancam punah di Indonesia, dan hilangnya satu bahasa berarti hilangnya warisan budaya yang tak ternilai. “Sehingga mungkin ada perlu usaha-usaha preservasi bahasa agar bahasa-bahasa yang terancam punah itu bisa kita lakukan strateginya,” tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Antropolog UGM Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil., menekankan bahwa perlu adanya strategi untuk menghadapi situasi dimana bahasa daerah harus diajarkan secara sistematis di sekolah. “Perlu adanya guru-guru yang mau untuk menjadi guru bahasa daerah. Sayangnya, banyak orang yang menggunakan bahasa daerah tidak mengetahui tata bahasanya,” ucapnya.

Ia mengatakan bahwa buku pelajaran bahasa daerah perlu dikembangkan dengan komprehensif. Memiliki 700 bahasa daerah berarti kita membutuhkan banyak guru yang mampu mengajarkan bahasa-bahasa ini. Namun, masih sedikit orang yang menguasai tata bahasa daerah secara mendalam. Salah satu solusi yang ia usulkan adalah mendirikan museum bahasa, tempat orang bisa belajar dan mendengarkan percakapan dalam bahasa daerah. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan ethnoscience untuk memperkaya pengetahuan tentang bahasa-bahasa ini.

Direktur Kajian dan Inovasi Akademik UGM sekaligus Produser Film dokumenter Senja Kala Bahasa Enggano,  Dr. Agr.Sc. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut, M.Si, IPU, menyampaikan pihaknya membuat film dokumenter karena saat ini terdapat banyak cara untuk menyampaikan pesan penting kepada publik, salah satunya melalui media audiovisual. Video dokumenter, khususnya, menjadi pilihan yang sangat relevan, terutama bagi generasi muda yang lebih menyukai konten dalam bentuk visual. “Dari sudut pandang ini, film dokumenter tentang bahasa Enggano bukan hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengedukasi, tetapi juga sebagai alat untuk memperjuangkan pelestarian budaya dan bahasa yang tengah terancam punah,” katanya.

Selain itu, dipilihnya bahasa Enggano dipilih adalah karena Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk mengangkat berbagai aspek yang ada di pulau Enggano. Melalui kerja sama tersebut, pulau Enggano dijadikan sebagai laboratorium lapangan bagi UGM, sehingga berbagai penelitian dan program pengabdian masyarakat dapat dilakukan di sana. “Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa UGM juga terlibat dalam penggalian informasi dan pemahaman tentang kondisi budaya dan bahasa di pulau tersebut,” tandasnya.

Di film dokumenter Senja Kala Bahasa Enggano, digambarkan bahwa Bahasa Enggano saat ini berada dalam kondisi kritis, dengan jumlah penuturnya yang kian menurun. Hal itu disampaikan oleh ketua suku, atau yang dikenal sebagai Papuki di Enggano. Ia mencatat bahwa orang tua di komunitas ini lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksi sehari-hari, sehingga anak-anak mereka jarang terpapar bahasa Enggano.

 

Penulis : Lintang

Editor : Gusti Grehenson

Artikel Bahasa Enggano Diambang Kepunahan pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/bahasa-enggano-diambang-kepunahan/feed/ 0
Mahasiswa UGM Bikin Permen Antikaries dari Bahan Nanokitosan dan Buah Tempayang https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-ugm-bikin-permen-antikaries-dari-bahan-nanokitosan-dan-buah-tempayang/ https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-ugm-bikin-permen-antikaries-dari-bahan-nanokitosan-dan-buah-tempayang/#respond Wed, 31 Jul 2024 00:33:20 +0000 https://ugm.ac.id/?p=68155 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Nasional yang dilakukan tahun 2018 menunjukkan data bahwa 92,6% anak usia 5-9 tahun mengalami masalah karies gigi yang diakibatkan tingginya konsumsi makanan manis di kalangan anak-anak. Dalam upaya mendukung target pemerintah yakni Indonesia bebas karies pada tahun 2030, Tim mahasiswa UGM mengembangkan formulasi baru untuk permen antikaries gigi berbasis teknologi […]

Artikel Mahasiswa UGM Bikin Permen Antikaries dari Bahan Nanokitosan dan Buah Tempayang pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Nasional yang dilakukan tahun 2018 menunjukkan data bahwa 92,6% anak usia 5-9 tahun mengalami masalah karies gigi yang diakibatkan tingginya konsumsi makanan manis di kalangan anak-anak. Dalam upaya mendukung target pemerintah yakni Indonesia bebas karies pada tahun 2030, Tim mahasiswa UGM mengembangkan formulasi baru untuk permen antikaries gigi berbasis teknologi nano yang menggunakan ekstrak buah tempayang (Sterculia lychnophora) dan nano kitosan. 

Tim UGM terdiri dari Salsabila Desti Winarno (Farmasi 2022), Nabila Fahrida Rahma (Farmasi 2022), Meilafaisa Wilis Alfidia (Kimia 2022), Almadhitya Salsabila (Kedokteran Gigi 2022), dan Ade Zulfa Imania (Farmasi 2022), Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei hingga Juli 2024 dengan bimbingan Dosen Farmasi UGM, Marlyn Dian Laksitorini, M.Sc., Ph.D.

Almadhitya Salsabila mengatakan ide penggunaan buah tempayang dalam riset ini berdasarkan pengamatan keseharian masyarakat Pemalang yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Bahkan dalam literatur juga diketahui, ekstrak buah tempayang memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan pembentukan biofilm pada gigi.

Selain buah tempayang, tim peneliti juga memanfaatkan nano kitosan sebagai bahan tambahan dalam formulasi permen anti karies. Nanopartikel kitosan telah terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap S. mutans. “Keunggulan lain dari nanopartikel kitosan adalah biodegradable, biocompatible, dan tidak mempengaruhi estetika gigi,” tutur Almadhitya.

Seperti diketahui, bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa menjadi glukan menggunakan enzim glukosiltransferase, membentuk biofilm, dan menghasilkan asam. Proses ini menurunkan pH di sekitar gigi, menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. “Oleh karena itu, kami menggunakan bahan xylitol dan sorbitol sebagai pengganti sukrosa,” ujar Nabila, anggota tim lainnya.

Nabila menjelaskan penggunaan xylitol dan sorbitol juga dapat membantu mempertahankan tekstur kenyal pada permen gummy karena memiliki sifat hidrasi yang tinggi. Hal ini membuat permen kami mudah dikunyah dan memiliki konsistensi yang baik. “Selain itu, xylitol dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, mengurangi produksi asam yang merusak enamel gigi, serta meningkatkan produksi air liur untuk menetralkan keasaman plak,” jelasnya.

Nabila berharap, penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang kesehatan gigi pada anak di Indonesia. Selain itu, hasil riset ini juga dapat diterapkan dalam pengabdian masyarakat melalui pembuatan modul atau video untuk meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan produk dapat menjadi peluang kewirausahaan.”Kami berharap bahwa produk ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan,” tutupnya.

Penulis : Triya Andriyani

Editor : Gusti Grehenson

Artikel Mahasiswa UGM Bikin Permen Antikaries dari Bahan Nanokitosan dan Buah Tempayang pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-ugm-bikin-permen-antikaries-dari-bahan-nanokitosan-dan-buah-tempayang/feed/ 0
Manfaatkan Ekstrak Kulit Buah Naga, Draco-Chew Hasil Inovasi Mahasiswa FKG UGM https://ugm.ac.id/id/berita/manfaatkan-ekstrak-kulit-buah-naga-draco-chew-hasil-inovasi-mahasiswa-fkg-ugm/ https://ugm.ac.id/id/berita/manfaatkan-ekstrak-kulit-buah-naga-draco-chew-hasil-inovasi-mahasiswa-fkg-ugm/#respond Thu, 18 Jul 2024 07:29:49 +0000 https://ugm.ac.id/?p=67116 Plak gigi tersusun atas bakteri yang berasal dari sisa-sisa makanan di dalam mulut. Semakin tebal lapisan plak pada permukaan gigi akan semakin banyak timbunan bakteri dan berpotensi menyebabkan karies atau gigi berlubang. Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) yang dilakukan pada 2018 silam, hanya 2,18% penduduk di Indonesia yang mampu menyikat gigi dengan baik dan […]

Artikel Manfaatkan Ekstrak Kulit Buah Naga, Draco-Chew Hasil Inovasi Mahasiswa FKG UGM pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Plak gigi tersusun atas bakteri yang berasal dari sisa-sisa makanan di dalam mulut. Semakin tebal lapisan plak pada permukaan gigi akan semakin banyak timbunan bakteri dan berpotensi menyebabkan karies atau gigi berlubang. Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) yang dilakukan pada 2018 silam, hanya 2,18% penduduk di Indonesia yang mampu menyikat gigi dengan baik dan benar. Semakin tebal plak gigi maka semakin sukar dibersihkan sehingga membutuhkan bantuan tenaga medis untuk mengatasinya.

Tingginya kasus karies pada masyarakat terutama usia anak-anak menarik perhatian mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM angkatan 2023 untuk membuat produk inovasi dalam bentuk permen karet yang berasal dari ekstrak kulit buah naga untuk mendeteksi dan mengangkat plak gigi. Permen karet ‘Draco-chew’ merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Islamia, Tyasadwi Bumi, Lutfia Nur Shabrina, Desika Yuspina Nurhidayah, dan Dyza Fathmasari Danisworo dibawah bimbingan Dr. drg. Alma Linggar Jonarta, M.Kes dari Departemen Biologi Oral FKG UGM. Penelitian ini didanai dengan skema Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) tahun 2024.

Draco-chew berasal dari kata dragon fruit (buah naga) dan chewing (mengunyah). Dipilihnya buah naga sebagai bahan utama Draco-chew bukanlah tanpa alasan. Kulit dari buah naga merah mengandung zat warna Betasianin. Betasianin ini dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan dan menjadi alternatif pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan. Selain itu, Betasianin diketahui bersifat antibakteri. Kemampuan Betasianin mewarnai dan sifat antibakteri menjadikan kulit dan daging buah naga berpotensi untuk dimanfaatkan di dunia kedokteran gigi.

“Permen karet ini mempunyai beragam kegunaan dalam pencegahan karies, mulai dari mendeteksi atau mewarnai keberadaan plak, membantu mengangkat plak, serta meningkatkan produksi ludah,” ungkap Fatimah Islamia. Dia menambahkan, produksi air ludah dapat membantu dalam pembersihan rongga mulut serta mengangkat plak gigi yang masih belum matang.

Proses penelitian Draco-chew dilakukan di empat laboratorium yang berbeda di UGM, yaitu Laboratorium Riset Terpadu FKG, Laboratorium Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik, Laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi, serta Laboratorium Biologi Farmasi-Fakultas Farmasi. Saat tahap pengujian, permen karet Draco-chew diujikan pada biakan plak gigi secara in vitro berupa pengamatan kemampuan penempelan warna pada plak serta kemampuan perlekatan plak pada permen karet. “Kami membandingkan intensitas warna ekstrak buah naga dengan disclosing solution, suatu larutan pewarna plak gigi standar di bidang kedokteran gigi,” ujar Fatimah.

Fatimah dan tim menyadari masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi dan pengujian laboratorium lainnya agar Draco-chew aman dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. “Kami berharap setelah mendapatkan komposisi yang pas, produk ini dapat diproduksi secara massal serta dimanfaatkan masyarakat untuk memperbaiki cara menggosok gigi dan membantu mencegah terjadinya karies,” tutup Fatimah.

Penulis: Tim PKM-RE Draco-chew

Editor: Triya Andriyani

 

Artikel Manfaatkan Ekstrak Kulit Buah Naga, Draco-Chew Hasil Inovasi Mahasiswa FKG UGM pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/manfaatkan-ekstrak-kulit-buah-naga-draco-chew-hasil-inovasi-mahasiswa-fkg-ugm/feed/ 0
FMIPA UGM Terima Kunjungan Caraga State University Filipina Bahas Mitigasi Bencana di Asia Tenggara https://ugm.ac.id/id/berita/fmipa-ugm-terima-kunjungan-caraga-state-university-filipina-bahas-mitigasi-bencana-di-asia-tenggara/ https://ugm.ac.id/id/berita/fmipa-ugm-terima-kunjungan-caraga-state-university-filipina-bahas-mitigasi-bencana-di-asia-tenggara/#respond Wed, 10 Jul 2024 05:27:42 +0000 https://ugm.ac.id/?p=66947 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) menerima kunjungan dari Caraga State University Filipina yang diwakili oleh Prof. Jayrold Arcede, Ph.D. pada Senin, (8/7) di Ruang Sidang FMIPA UGM. Kunjungan ini bertujuan untuk membangun hubungan dan kolaborasi riset di bidang kebencanaan sekaligus memperkenalkan profil masing-masing fakultas di bidang sains. Dr. Fajar […]

Artikel FMIPA UGM Terima Kunjungan Caraga State University Filipina Bahas Mitigasi Bencana di Asia Tenggara pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) menerima kunjungan dari Caraga State University Filipina yang diwakili oleh Prof. Jayrold Arcede, Ph.D. pada Senin, (8/7) di Ruang Sidang FMIPA UGM. Kunjungan ini bertujuan untuk membangun hubungan dan kolaborasi riset di bidang kebencanaan sekaligus memperkenalkan profil masing-masing fakultas di bidang sains.

Dr. Fajar Adi Kusumo, S.Si., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Alumni, Kerja Sama, dan Inovasi FMIPA UGM beserta Dr. Nanang Susyanto, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA UGM menyambut kehadiran dan inisiasi kerja sama yang diadakan. Dalam kunjungan tersebut, Dr. Fajar dan Dr. Nanang memberikan pemaparan mengenai profil dari FMIPA UGM beserta penelitian-penelitian yang ada.

“Dari data yang tersimpan jika bersifat open access, bisa kami akses karena letak antara Indonesia dan Filipina dalam 1 lokasi jalur tektonik. Hal ini agar datanya saling terkoneksi,” kata Dr. Fajar.

“Data dari kami bersifat open access. Kemudian, skema riset ini tidak hanya untuk mitigasi di bencana gempa bumi tetapi juga banjir melalui aplikasi SPECFEM dan pendekatan SEM-Newmark,” kata Prof. Jayrold.

Beberapa penelitian dan produk hasil riset untuk mitigasi bencana di FMIPA UGM juga dipaparkan sebagai informasi seperti drone dan early system warning untuk banjir. Di sisi lain, kegiatan riset kolaborasi ini mengajak masyarakat melalui komunitas-komunitas untuk turut mengembangkan ilmu matematika terapan dalam riset untuk mitigasi bencana. Dengan ini, dampak riset yang dihasilkan dapat menjangkau lebih luas.

Penulis: Febriska Noor Fitriana
Foto: Febriska Noor Fitriana

Artikel FMIPA UGM Terima Kunjungan Caraga State University Filipina Bahas Mitigasi Bencana di Asia Tenggara pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/fmipa-ugm-terima-kunjungan-caraga-state-university-filipina-bahas-mitigasi-bencana-di-asia-tenggara/feed/ 0
Upaya Mahasiswa S2 UGM dalam Menetapkan Kebijakan Lingkungan yang Tepat https://ugm.ac.id/id/berita/upaya-mahasiswa-s2-ugm-dalam-menetapkan-kebijakan-lingkungan-yang-tepat/ https://ugm.ac.id/id/berita/upaya-mahasiswa-s2-ugm-dalam-menetapkan-kebijakan-lingkungan-yang-tepat/#respond Thu, 04 Jul 2024 08:48:14 +0000 https://ugm.ac.id/?p=66987 Mengingat bahwa Indonesia memiliki keragaman karakteristik morfologi, relief, dan struktur geomorfologi, Indonesia tentunya juga memiliki potensi bencana dan kerusakan lingkungan yang beraneka pula. Sehingga, saat ini sangat dibutuhkan adanya pengelolaan lingkungan yang tepat.  Sebagai bentuk upaya agar setiap tempat memiliki ketepatan pengelolaan lingkungan, pada Senin (1/7), mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan dan Minat Pengelolaan Lingkungan melakukan […]

Artikel Upaya Mahasiswa S2 UGM dalam Menetapkan Kebijakan Lingkungan yang Tepat pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Mengingat bahwa Indonesia memiliki keragaman karakteristik morfologi, relief, dan struktur geomorfologi, Indonesia tentunya juga memiliki potensi bencana dan kerusakan lingkungan yang beraneka pula. Sehingga, saat ini sangat dibutuhkan adanya pengelolaan lingkungan yang tepat. 

Sebagai bentuk upaya agar setiap tempat memiliki ketepatan pengelolaan lingkungan, pada Senin (1/7), mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan dan Minat Pengelolaan Lingkungan melakukan praktik lapangan Mata Kuliah Kebijakan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah. Mahasiswa melakukan analisis lingkungan dengan lokasi praktik yang berbeda-beda, yaitu di Jalan Opak Raya, Kalasan-Piyungan, Gunung Purba Ngelanggeran dan Karst Goa Ngingrong.

Melihat masalah potensi ancaman bencana ini, Ilmu Lingkungan UGM dibersamai oleh Dr. Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., M.Si., membuat praktik yang bertujuan agar mahasiswa dapat melihat langsung mengenai faktor wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri (faktor ekoregion), terhadap potensi ancaman bencana dan kerusakan lingkungan yang tepat dalam menetapkan kebijakan lingkungan. 

Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), Ilmu Lingkungan UGM menekankan pentingnya membangun kota yang aman dan tahan bencana. 

“Praktik lapangan ini kami pikir sangat bermanfaat bagi mahasiswa di kemudian hari dalam melihat potensi bencana dan menentukan kebijakan lingkungan di daerah masing-masing, termasuk membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat,” terangnya pada wartawan, Kamis (4/7). 

Dalam melakukan praktik ini, tentunya mahasiswa memerlukan analisis lingkungan yang tepat. Mahasiswa perlu melihat potensi bencana dan kerusakan lingkungan, membutuhkan pengelolaan risiko bencana yang efektif, serta pembangunan infrastruktur yang mampu bertahan terhadap potensi bencana alam yang ada di sekitar wilayah tersebut. 

“Kegiatan ini menjadi salah satu upaya kami dalam mengelola lingkungan di Indonesia dan menetapkan kebijakan yang menjaga kesejahteraan lingkungan,” tambahnya. 

Lantaran adanya keberagaman karakteristik lingkungan di Indonesia, setiap tempat perlu untuk diupayakan agar memiliki pengelolaan lingkungan yang berbeda. Ilmu Lingkungan UGM berharap melalui praktik lapangan ini, mahasiswa dapat melakukan analisis potensi bencana dan kerusakan lingkungan serta menemukan solusi terkait pengelolaan wilayah tersebut secara langsung. “Kami juga berharap dengan praktik ini mahasiswa dapat menentukan kebijakan lingkungan yang tepat,” ujarnya. 

Penulis: Izza A, Ulyn 

Artikel Upaya Mahasiswa S2 UGM dalam Menetapkan Kebijakan Lingkungan yang Tepat pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/upaya-mahasiswa-s2-ugm-dalam-menetapkan-kebijakan-lingkungan-yang-tepat/feed/ 0
Pusat Studi Asia Pasifik UGM Adakan Diseminasi Riset, Dukung Penguatan Daya Saing Industri Fintech Nasional https://ugm.ac.id/id/berita/pusat-studi-asia-pasifik-ugm-adakan-diseminasi-riset-dukung-penguatan-daya-saing-industri-fintech-nasional/ https://ugm.ac.id/id/berita/pusat-studi-asia-pasifik-ugm-adakan-diseminasi-riset-dukung-penguatan-daya-saing-industri-fintech-nasional/#respond Tue, 11 Jun 2024 03:48:40 +0000 https://ugm.ac.id/?p=64943 Digitalisasi sektor keuangan yang berjalan masif turut memunculkan banyak inovasi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, dan model bisnis baru. Fenomena peningkatan jumlah investor ritel di industri teknologi finansial (fintech) juga membutuhkan payung regulasi yang dapat melindungi konsumen, mendorong pertumbuhan dan inovasi, serta memajukan tingkat perekonomian bagi Indonesia.  Hal tersebut turut menjadi perhatian dalam […]

Artikel Pusat Studi Asia Pasifik UGM Adakan Diseminasi Riset, Dukung Penguatan Daya Saing Industri Fintech Nasional pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Digitalisasi sektor keuangan yang berjalan masif turut memunculkan banyak inovasi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, dan model bisnis baru. Fenomena peningkatan jumlah investor ritel di industri teknologi finansial (fintech) juga membutuhkan payung regulasi yang dapat melindungi konsumen, mendorong pertumbuhan dan inovasi, serta memajukan tingkat perekonomian bagi Indonesia.  Hal tersebut turut menjadi perhatian dalam Undang-Undang No. 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) sebagai bagian dari upaya pemerintah Indonesia memperkuat sistem keuangan. UU P2SK diantaranya mengandung sejumlah pengaturan terkait fintech atau yang kini disebut Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), yang pertama kali memuat nomenklatur aset keuangan digital dan juga aset kripto.

Menyambut perkembangan regulasi yang ada, Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada (PSAP UGM) melakukan kajian berjudul ‘Kebijakan Inovasi Investasi Ritel Berbasis Aset Keuangan Digital di Indonesia’ pada Senin (10/06) di Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (MM FEB) Kampus Jakarta. Selain dilakukan secara luring, kegiatan ini juga dilakukan secara daring dengan menghadirkan OJK, Badan Pengawas Perdagangan Berkangka Komoditi (Bappebti), Bank Indonesia (BI), Badan Keahlian DPR, Badan Kebijakan Fiskal, Asosiasi Perdagangan Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) sebagai peserta. Kajian ini menjadi bagian dari upaya mendukung penguatan daya saing industri fintech nasional, dengan memberikan rekomendasi untuk menciptakan ekosistem kebijakan yang kondusif terhadap perkembangan inovasi industri aset keuangan digital.

Dari hasil pendalaman terhadap substansi UU P2SK serta perbandingan dengan kebijakan pengaturan aset keuangan digital di 5 negara, kajian ini menemukan perlunya pemetaan mengenai definisi dan ruang lingkup aset keuangan digital. Menurut Prof. Paripurna Sugarda, selaku Ketua Tim Kajian PSAP UGM, pemetaan definisi istilah ‘aset keuangan digital’, termasuk kedudukan aset kripto dalam ruang lingkup istilah tersebut, penting untuk mencegah tumpang tindih pengaturan serta menegaskan wewenang dan tanggung jawab lembaga yang menjadi otoritas pengaturan dan pengawasan aset keuangan digital.

“Mengingat adanya pergeseran kelembagaan terkait aset keuangan digital yang dimandatkan UU P2SK, pendefinisian aset keuangan digital perlu dipertegas agar pembuatan kebijakan dan pelaksanaan peraturan memiliki subjek yang jelas ruang lingkupnya. Hal ini perlu menjadi pertimbangan berbagai pemangku kepentingan agar peraturan turunan yang mendatang manfaatnya dapat dirasakan secara menyeluruh oleh ekosistemnya” jelas Prof. Paripurna.

Melalui jajak pendapat pada 452 responden mengenai pengalaman mereka melakukan investasi ritel berbasis aset keuangan digital, kajian ini turut mengidentifikasi pentingnya proses desain dan pengembangan yang mempertimbangkan kebutuhan pengguna, pengawasan untuk menjaga level playing field antar pemain industri dalam melakukan pemasaran, serta adanya kerja sama antara regulator dan perusahaan untuk menjaga kepercayaan konsumen.

Ketua Departemen Manajemen Aset Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Claudia Kolonas, menekankan komitmen asosiasi industri untuk mendorong peningkatan investasi ritel berbasis aset keuangan digital di Indonesia. “Peran aset keuangan digital dalam perekonomian semakin nyata, terutama sebagai alat investasi bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, AFTECH mengapresiasi hadirnya kajian dari PSAP UGM sebagai bahan pertimbangan regulator dan berbagai pemangku kepentingan terkait lainnya untuk memfasilitasi pengembangan ekosistem industri ITSK dan aset keuangan digital di Indonesia agar dapat tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional,” kata Claudia.

Kajian ini menegaskan pentingnya kolaborasi yang erat untuk menciptakan ekosistem investasi ritel berbasis aset keuangan digital yang berdaya saing dan aman. Dengan adanya pemetaan yang jelas dan regulasi yang adaptif, industri aset keuangan digital di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berinovasi, memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Rekomendasi dari kajian ini diharapkan dapat membantu menciptakan ekosistem yang kondusif untuk perkembangan inovasi aset keuangan digital di Indonesia.

Reportase: PSAP UGM

Artikel Pusat Studi Asia Pasifik UGM Adakan Diseminasi Riset, Dukung Penguatan Daya Saing Industri Fintech Nasional pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/pusat-studi-asia-pasifik-ugm-adakan-diseminasi-riset-dukung-penguatan-daya-saing-industri-fintech-nasional/feed/ 0
Bersama ACIAR, Fakultas Pertanian UGM Adakan International Training Workshop https://ugm.ac.id/id/berita/bersama-aciar-fakultas-pertanian-ugm-adakan-international-training-workshop/ https://ugm.ac.id/id/berita/bersama-aciar-fakultas-pertanian-ugm-adakan-international-training-workshop/#respond Mon, 03 Jun 2024 09:00:29 +0000 https://ugm.ac.id/bersama-aciar-fakultas-pertanian-ugm-adakan-international-training-workshop/ Setelah melakukan kerja sama dalam berbagai bidang penelitian selama lebih dari 10 tahun, Fakultas Pertanian berkolaborasi dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) mengadakan International Training Workshop pada hari Selasa-Kamis, 28-30 Mei 2024 di Gedung AGLC Fakultas Pertanian UGM. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari Laos, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Rangkaian kegiatan […]

Artikel Bersama ACIAR, Fakultas Pertanian UGM Adakan International Training Workshop pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Setelah melakukan kerja sama dalam berbagai bidang penelitian selama lebih dari 10 tahun, Fakultas Pertanian berkolaborasi dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) mengadakan International Training Workshop pada hari Selasa-Kamis, 28-30 Mei 2024 di Gedung AGLC Fakultas Pertanian UGM. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari Laos, Vietnam, Filipina, dan Indonesia.

Rangkaian kegiatan tersebut meliputi Root-knot Nematode (Meloidogyne spp.) Identification Workshop, yang berfokus pada kajian di bidang nematoda. Prof. Dr. Ir. Siwi Indarti, M.P., selaku ketua tim peneliti untuk proyek penelitian nematoda simpul akar (root-knot nematode) menjelaskan, fokus proyek penelitian terkait identifikasi yang akurat dan presisi agar pengelolaannya menjadi lebih efektif untuk mencegah penularan oleh nematoda di daerah lain. “Setelah menjalin kerja sama yang cukup lama di berbagai bidang dengan ACIAR, kajian di bidang nematoda ini pertama kali dilakukan, karena kami meyakini nematoda memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan produksi tanaman pertanian,” ungkapnya saat membuka sesi diskusi.

Dr. Anthony Barry Pattison, Senior Principal Nematologist dari Departemen Pertanian dan Perikanan Pemerintah Queensland Australia, menjelaskan bahwa workshoyang dilakukan menjadi suatu upaya untuk menyebarkan pengetahuan dan melatih seluruh peneliti yang terlibat dalam mengidentifikasi nematoda simpul akar (root-knot nematode) menggunakan teknik yang berbeda. “Kita akan melatih seluruh peserta untuk  mengaplikasikan teknik morfologi tradisional dan teknik molekuler,” jelasnya.

Tony berharap, dari kegiatan workshop ini, para peneliti dari tiap negara bisa melakukan teknik-teknik identifikasi nematoda di negara asalnya dan lebih memahami nematoda itu sendiri. Menurutnya, hal ini akan berdampak pada peningkatan kesadaran bersama terkait ketahanan pangan karena ekosistem pertanian yang sehat akan menjamin produktivitas pertanian secara optimal.

Workshop selanjutnya mengenai pengendalian lalat buah pada mangga melalui pendekatan area-wide management (AWM) system yang proyek penelitiannya sudah berlangsung sejak tahun 2017. Prof. Ir. Y. Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D., selaku ketua tim peneliti menjelaskan workshop ini menjadi titik akhir dari proyek penelitian yang akan resmi selesai pada Agustus mendatang. Namun demikian, Fakultas Pertanian UGM bersama ACIAR telah merencanakan kelanjutan proyek untuk lima tahun ke depan.  “Saat ini, kami bersama ACIAR sudah merencanakan proyek lanjutan dan proposalnya sudah dalam final stage untuk pengambilan keputusan,” ujar Andi.

Andi menambahkan, keterlibatan mahasiswa dalam proyek penelitian ini difokuskan pada dua mahasiswa jenjang S2, di mana mereka juga diberikan dukungan biaya penelitian oleh ACIAR. Kedua mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hama Tanaman, yaitu Valentina Erline dengan judul penelitian “Keragaman dan Kelimpahan Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) pada Tiga Ekosistem yang Berbeda di Sleman, Yogyakarta” dan Riya Fatma Sari dengan judul penelitian “Pengambilan Keputusan Penggunaan Pestisida oleh Petani Mangga yang Mempraktikkan Pengelolaan Hama Terpadu Skala Luas dan Petani Konvensional”.

Dr. Stefano de Faveri, project leader ACIAR, menyampaikan bahwa topik pengendalian lalat buah sangat penting untuk diteliti karena sangat berdampak pada produksi buah mangga yang dilakukan oleh para petani. Ia menyebut proyek penelitian juga sudah berjalan di awasan Asia Pasifik dengan permasalahan lalat buah yang sama “Apabila pengendalian lalat buah dilakukan secara efektif, produksi buah akan lebih banyak dan bisa mengarah kepada kesempatan ekspor yang lebih luas,” ungkapnya.

Selain Stefano, perwakilan ACIAR yang turut hadir dalam kegiatan workshop adalah Mikayla Hyland-Wood selaku research officer in horticulture. Mikayla menilai UGM adalah mitra yang sangat penting bagi kolaborasi bersama ACIAR, terutama karena UGM memiliki peran besar dalam kegiatan penelitian di lapangan yang bersinggungan dengan petani di Indonesia.

Reportase: Humas Fakultas Pertanian UGM

Penulis: Triya Andriyani

Artikel Bersama ACIAR, Fakultas Pertanian UGM Adakan International Training Workshop pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/bersama-aciar-fakultas-pertanian-ugm-adakan-international-training-workshop/feed/ 0