Kumpulan Artikel Penelitian dan Inovasi - Universitas Gadjah Mada https://ugm.ac.id/id/category/penelitian-dan-inovasi/ Mengakar Kuat dan Menjulang Tinggi Tue, 08 Apr 2025 08:29:40 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.1.7 Paviliun CLT Nusantara, Rumah Ramah Lingkungan Karya Peneliti UGM  https://ugm.ac.id/id/berita/paviliun-clt-nusantara-rumah-ramah-lingkungan-karya-peneliti-ugm/ https://ugm.ac.id/id/berita/paviliun-clt-nusantara-rumah-ramah-lingkungan-karya-peneliti-ugm/#respond Tue, 08 Apr 2025 05:01:40 +0000 https://ugm.ac.id/?p=77487 Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mengembangkan rumah ramah lingkungan yang menggunakan bahan kayu laminasi silang. Rumah yang diberi nama Paviliun Cross Laminated Timber (CLT) Nusantara ini juga menggunakan teknologi cerdas dengan bahan kayu lokal jenis Akasia sebagai komponen struktural. Rumah ini sudah dibuat untuk model percontohan yang berada di area Fakultas Teknik UGM. […]

Artikel Paviliun CLT Nusantara, Rumah Ramah Lingkungan Karya Peneliti UGM  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>

Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mengembangkan rumah ramah lingkungan yang menggunakan bahan kayu laminasi silang. Rumah yang diberi nama Paviliun Cross Laminated Timber (CLT) Nusantara ini juga menggunakan teknologi cerdas dengan bahan kayu lokal jenis Akasia sebagai komponen struktural.

Rumah ini sudah dibuat untuk model percontohan yang berada di area Fakultas Teknik UGM. Selain berbahan kayu, rumah ini pun menggunakan pembangkit listrik tenaga surya secara Hybrid Offgrid yang dilengkapi dengan solar panel dan gel deep cycle battery untuk mengubah energi matahari sebagai sumber listrik zero emission, smart Light Control yang mengatur tingkat pencahayaan lampu LED dalam ruangan sesuai dengan besarnya tingkat pencahayaan alami yang diterima dari matahari dan IoT Smart Garden untuk kontrol penyiraman tumbuhan fasad bangunan secara otomatis.

Dosen Teknik Sipil dan Lingkungan, Ir. Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., IPU.,ACPE., salah satu anggota tim peneliti, mengatakan paviliun CLT Nusantara ini menggunakan papan-papan kayu yang disusun secara silang dengan jumlah lapis ganjil. Selanjutnya menggunakan teknologi laminasi untuk merekatkan antar papan kayu. “Kita menggunakan papan-papan kayu berukuran kecil yang mungkin memiliki nilai jual rendah,” katanya, Selasa (8/4).

Soal perekatan dengan lapis ganjil ini, Ali mencontohkan untuk satu papan yang dipasang maka papan lapis kedua dipasang menyilang, dan papan ketiganya akan digunakan. “Kita gunakan lapis yang ganjil, tergantung dari ketebalan akhir yang diinginkan. Nah, tebalnya itu menentukan kemampuan yang bisa didukung oleh papan tersebut,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bangunan rumah yang mereka desain tidak harus menggunakan kolom namun hanya mengandalkan dinding dan lantai CLT saja. Akan tetapi, dinding dan lantai tersebut dijadikan kekuatan strukturnya rumah. “Kita sengaja menggunakan kayu akasia dipilih karena relatif murah, serta mudah diperoleh,” ujarnya.

Untuk melindungi kayu dari paparan matahari dan hujan, tim peneliti menanam tanaman yang dibuat merambat yang berada di sisi depan dan luar rumah.  “Dahulu kami pernah mencoba menanam buah markisa, tetapi tidak berhasil. Kemudian saat ini kami menanam oyong dan hasilnya lumayan,”terangnya.

Yang menarik, tanaman tersebut tidak mesti harus rutin disiram namun sudah menggunakan alat sensor yang mampu menyiram secara mandiri. “Jadi tidak perlu meminta staff harus menyiram tiap hari dan bisa otomatis menyirami tanamannya sendiri, sehingga bisa tumbuh subur,” papar Dr. I Wayan Mustika, S.T., M.Eng., anggota tim lainnya.

Dosen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi ini menegaskan rumah model zero emisi ini menjadi percontohkan untuk menerapkan rumah ramah lingkungan yang menggunakan bahan baku terbarukan dan energi terbarukan. “Kita berharap rumah ini tetap mempertahankan sustainability, artinya bahwa bagaimanapun suatu saat kita perlu yang namanya target supaya emisi selalu ditekan, pada akhirnya kita juga harus zero emission dan rumah ini sudah menjadi contoh. Sehingga hal ini bisa kita gunakan sebagai pilot project dan untuk bangunan-bangunan lain,” tuturnya.

Meski ramah lingkungan, Ali Awaludin, mengakui model rumah ramah lingkungan ini tetap memiliki sisi kelemahan terutama dari sisi ketahanan kayu akibat kelembaban hingga serangan jamur. “Kita terus berinovasi untuk lebih mengenali tantangan dan menemukan solusinya untuk membuat lebih baik lagi ke depan,” paparnya.

Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson

Artikel Paviliun CLT Nusantara, Rumah Ramah Lingkungan Karya Peneliti UGM  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/paviliun-clt-nusantara-rumah-ramah-lingkungan-karya-peneliti-ugm/feed/ 0
Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit TBC Berbasis AI https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-deteksi-dini-penyakit-tbc-berbasis-ai/ https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-deteksi-dini-penyakit-tbc-berbasis-ai/#respond Tue, 25 Mar 2025 06:09:32 +0000 https://ugm.ac.id/?p=77285 Lebih dari 724.000 kasus TBC baru di Indonesia ditemukan pada 2022. Jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi yang rata-rata penemuan kasus dibawah 600.000 per tahun. Tim peneliti Universitas Gadjah Mada kini tengah mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) guna mendukung deteksi dini […]

Artikel Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit TBC Berbasis AI pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Lebih dari 724.000 kasus TBC baru di Indonesia ditemukan pada 2022. Jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi yang rata-rata penemuan kasus dibawah 600.000 per tahun.

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada kini tengah mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) guna mendukung deteksi dini penyakit TBC. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi Indonesia yang hingga kini masih mengandalkan teknologi impor dalam pelaksanaan pencarian kasus TBC secara aktif.

Dr. Antonia Morita I. Saktiawati, Ph.D., peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM yang juga berperan sebagai Principal Investigator pada Project KONEKSI, mengungkapkan bahwa timnya sedang merancang perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama computer-aided detection (CAD). Teknologi ini dirancang untuk membantu tenaga kesehatan dalam menganalisis hasil rontgen dada guna meningkatkan efektivitas skrining TBC secara lebih cepat dan akurat.”Kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi ini sendiri, apalagi dengan jumlah kasus yang tinggi,” ujar dr. Morita, Selasa (25/3).

Ia menambahkan bahwa penelitian ini telah berlangsung cukup lama dengan keterbatasan pendanaan, namun kini mendapatkan dukungan dari program KONEKSI yang diinisiasi oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia. Sejumlah institusi pun turut berkolaborasi dalam penelitian ini, termasuk UGM, University of Melbourne, Monash University Indonesia, Universitas Sebelas Maret, serta beberapa organisasi kesehatan dan advokasi seperti Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) dan Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (SAPDA).

Masih menurut Morita, saat ini Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam jumlah kasus TBC terbanyak. Dari estimasi sekitar 1.060.000 kasus, baru sekitar 81% yang telah terdiagnosis. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan cakupan deteksi mencapai 100% dengan memanfaatkan teknologi seperti computer-aided detection (CAD). Tanpa deteksi yang tepat waktu, penderita TBC berisiko tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan sehingga bisa berujung pada kematian serta meningkatkan penyebaran penyakit ke orang lain. “Oleh karena itu, upaya deteksi dini menjadi langkah krusial dalam mempercepat eliminasi TBC di Indonesia,” ungkap dr. Morita.

Selain bertujuan meningkatkan akurasi diagnosis, penelitian ini juga berfokus pada pemerataan akses layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Morita menyoroti bahwa kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, serta masyarakat di daerah terpencil, masih menghadapi tantangan besar dalam memperoleh layanan TBC yang memadai. Di banyak daerah di Indonesia, budaya patriarki masih menjadi hambatan bagi perempuan dalam mengakses layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan dan diagnosis TBC. Sementara itu, kelompok lain seperti penyandang disabilitas, sering kali mengalami kendala baik dari segi fisik maupun sosial dalam mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang dibutuhkan.

Morita menyambut baik langkah Kementerian Kesehatan RI dalam menerapkan active case finding (ACF) di 25 kabupaten/kota yang telah meningkatkan angka deteksi kasus TBC sebesar 2-7% pada tahun 2024. Meski demikian, ia berharap program ini dapat diperluas hingga ke daerah terpencil agar seluruh masyarakat, terutama kelompok rentan, dapat memperoleh layanan kesehatan yang setara. Teknologi computer-aided detection (CAD) berbasis AI yang tengah dikembangkan, diharapkan mampu membantu tenaga kesehatan dalam menganalisis hasil rontgen dada dengan lebih efisien, khususnya di wilayah dengan keterbatasan tenaga medis seperti radiolog. “Saya yakin dengan dukungan inovasi teknologi serta kebijakan yang inklusif, target eliminasi TBC di Indonesia dapat lebih cepat tercapai,” pungkasnya.

Penulis          : Triya Andriyani

Foto              : PKT UGM

Artikel Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit TBC Berbasis AI pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-deteksi-dini-penyakit-tbc-berbasis-ai/feed/ 0
Peneliti UGM Kembangkan Alat Ukur Terpadu Pemeriksaan Kesehatan Anak Berbasis AI https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-ukur-terpadu-pemeriksaan-kesehatan-anak-berbasis-ai/ https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-ukur-terpadu-pemeriksaan-kesehatan-anak-berbasis-ai/#respond Wed, 12 Mar 2025 08:17:47 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76857 Universitas Gadjah Mada terus mengupayakan komitmennya dalam mendukung peningkatan fasilitas kesehatan melalui inovasi-inovasi di bidang teknologi kesehatan. Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI), Fakultas Teknik, UGM berhasil mengembangkan dua produk inovasi berupa Alat Ukur Terpadu yang dirancang untuk poliklinik anak, serta inovasi teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi sistem manajemen rumah […]

Artikel Peneliti UGM Kembangkan Alat Ukur Terpadu Pemeriksaan Kesehatan Anak Berbasis AI pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Universitas Gadjah Mada terus mengupayakan komitmennya dalam mendukung peningkatan fasilitas kesehatan melalui inovasi-inovasi di bidang teknologi kesehatan. Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI), Fakultas Teknik, UGM berhasil mengembangkan dua produk inovasi berupa Alat Ukur Terpadu yang dirancang untuk poliklinik anak, serta inovasi teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi sistem manajemen rumah sakit, termasuk sistem pendaftaran dan Customer Relationship Management (CRM).

Kedua produk ini merupakan dua luaran penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Widadi, S.Pd., M.Eng dan Syukron Abu Ishaq Alfarozi, S.T., Ph.D., sebagai tindak lanjut kerja sama antara DTETI dengan Rumah Sakit Akademik UGM. “Pada alat ukur terpadu, kami menggabungkan fungsi penimbangan, pengukuran suhu, dan tinggi badan berbasis mikrokontroler, dengan desain ramah anak,” ujar Rahmat, Rabu (12/3).

Ia menjelaskan sistem ini tidak hanya mempercepat proses pemeriksaan, tetapi juga menyediakan sistem antrian yang lebih informatif dan ramah pengguna. Pengembangan alat ini juga mempertimbangkan aspek ergonomis dan kenyamanan bagi anak-anak, sehingga proses pemeriksaan menjadi lebih menyenangkan dan minim stres. Rahmat berharap inovasi yang berhasil ia kembangkan dapat menjadi model pengembangan teknologi kesehatan yang dapat diterapkan di fasilitas medis lainnya, khususnya dalam pelayanan kesehatan anak.

Pada sistem pendaftaran dan CRM, dengan algoritma AI, sistem diharapkan dapat memberikan rekomendasi, menilai urgensi medis, dan mengatur prioritas layanan berdasarkan riwayat kesehatan pasien. Syukron berujar penelitian yang ia lakukan untuk mengembangkan sistem ini, dia lakukan bersama 14 mahasiswa Program Doktor Teknik Elektro DTETI. “Sistem ini mencoba untuk memfasilitasi pra-pendaftaran pasien yang lebih modern dan efisien, serta mengoptimalkan manajemen interaksi pasien,” tuturnya.

Syukron berharap alat inovasi yang telah diserahkan ke RSA UGM pada 5 Desember 2024 silam ini dapat mempercepat proses administratif, meningkatkan kepuasan pasien, dan memperbaiki kualitas layanan kesehatan di RSA UGM. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari alat ini dapat langsung terintegrasi ke dalam sistem rekam medis elektronik, memudahkan pemantauan dan analisis kesehatan pasien secara real-time. “Semoga sistem ini bisa diadopsi oleh rumah sakit lain untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas layanan kesehatan dalam menghadapi berbagai tantangan operasional yang dihadapi oleh manajemen,” pungkasnya.

Reportase    :  Rasya Swarnasta/DTETI Fakultas Teknik

Penulis         : Triya Andriani

Artikel Peneliti UGM Kembangkan Alat Ukur Terpadu Pemeriksaan Kesehatan Anak Berbasis AI pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-kembangkan-alat-ukur-terpadu-pemeriksaan-kesehatan-anak-berbasis-ai/feed/ 0
75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/ https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/#respond Fri, 07 Mar 2025 04:37:31 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76730 Hasil pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 menunjukkan dinamika politik terbaru. Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada melakukan analisis terhadap peta koalisi pemenang Pilkada pada 545 daerah. Hasilnya, sebagian besar daerah menunjukkan pola pemenangan yang sudah bisa diprediksi bahkan sebelum pemilihan berlangsung. Analisa tersebut disampaikan dalam […]

Artikel 75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>

Hasil pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 menunjukkan dinamika politik terbaru. Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada melakukan analisis terhadap peta koalisi pemenang Pilkada pada 545 daerah. Hasilnya, sebagian besar daerah menunjukkan pola pemenangan yang sudah bisa diprediksi bahkan sebelum pemilihan berlangsung. Analisa tersebut disampaikan dalam konferensi pers pada Rabu (5/3) oleh mahasiswa dan dosen Fisipol UGM.

Akhmad Fadillah, mahasiswa Fisipol UGM yang melakukan penelitian menyebutkan, hanya 131 dari 545 daerah yang mengalami kontestasi kompetitif pada Pilkada Serentak 2024. “Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa hanya 24,04% daerah yang mengalami kontestasi kompetitif, sementara lebih dari 75% daerah memiliki pemenang yang sudah dapat diprediksi sejak pra-pemilihan,” ujar Fadil.

Dari hasil survei ini menunjukkan bahwa tingkat kompetisi dalam Pilkada tidak lagi ideal sebagai wadah untuk bertukar gagasan dan ide. “Dikhawatirkan, justru pemilihan hanya diperlakukan sebagai formalitas dalam distribusi kekuasaan,” ujarnya.

Berdasarkan peta koalisi, pemenang Pilkada didominasi oleh kelompok koalisi besar dengan partai mayoritas di dalamnya. Kelompok ini terbentuk di 239 daerah atau 43,85% dari total daerah pelaksanaan Pilkada. Selanjutnya 133 daerah atau 24,40% merupakan Surplus Majority Coalition yang secara sederhana memiliki kekuasaan besar dalam legislatif.

Sedangkan sisanya adalah Grand Coalition sebanyak 7,34% atau 40 daerah yang merupakan koalisi besar partai pemenang. Dominasi koalisi besar ini menjadi menciptakan ruang kompetisi yang sempit karena lawan kontestasi yang terlalu kuat bagi partai ataupun koalisi kecil lainnya. “Tentunya ini sangat mengurangi esensi demokrasi, karena demokrasi yang baik adalah predictable procedures dan unpredictable results. Tapi kita sudah bisa memprediksi pemenang di pra pemilihan,” jelas Fadil.

Fenomena ini disebut sebagai Uncontested Election yakni situasi di mana hanya pemain-pemain besar saja yang mendapat kesempatan pemenangan. Dampaknya, akan terjadi pemusatan kekuasaan pada elite politik tertentu sehingga aspirasi dari perwakilan publik lainnya tidak dapat diakomodasi.

Dosen Departemen Politik dan Pemerintah, Alfath Bagus Panuntun mengungkap, pelaksanaan Pemilu dan Pilkada di Indonesia semakin marak dikendalikan oleh faktor pragmatis dibanding demokrasi. Salah satunya adalah mahalnya biaya politik, sehingga tidak semua kalangan memiliki kesempatan yang sama untuk terjun di dalamnya. “Biaya politik semakin mahal dari waktu ke waktu itu merupakan suatu hal yang terprediksi sebenarnya. Orang berkeyakinan untuk memajukan tokoh yang memiliki modal sosial yang besar,” tutur Alfath.

Menurutnya, kondisi politik saat ini hanya memungkinkan dua kalangan untuk dapat maju dalam pemilihan. Keduanya adalah mereka yang memiliki latar belakang keluarga politik dan kalangan pengusaha atau oligarki. Sangat jarang ditemui kandidat pemilihan berasal dari elemen masyarakat murni yang mengikuti proses kaderisasi partai secara bertahap hingga menjadi kandidat. Alfath menambahkan, bahkan fenomena ini sudah memunculkan situasi baru yang disebut kelelahan berdemokrasi. “Masyarakat sudah distrust, karena mereka merasa tidak akan yang berubah setelah pemilihan. Ini gejala nasional yang terjadi dalam demokrasi kita,” pungkasnya.

Kendati demikian tetap ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengembalikan demokrasi menguat kembali. Salah satunya dengan mendorong regulasi untuk kompetisi yang lebih sehat. Perlu adanya penguatan regulasi dan eksekusinya, sehingga aturan yang sudah disusun dengan baik juga harus diiringi dengan implementasi yang sesuai.“Ketika kita menemukan kecurangan dalam pemilihan, prosedur yang harus dilalui sangatlah panjang. Berujung tidak ada konsekuensi yang diproses pada kandidat. Ini juga merupakan tantangan,” ujar Tri Noviana, perwakilan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Menurutnya, penegakkan regulasi tidak terlepas dari keterlibatan seluruh peserta pemilu, baik kandidat, partai, maupun masyarakat. Setiap elemen berperan penting untuk menciptakan kembali pemilihan yang sehat dan kompetitif demi kembalinya demokrasi nasional.

Penulis : Tasya

Editor : Gusti Grehenson

Artikel 75% Pemenang Pilkada Sudah Terprediksi Sejak Awal pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/75-pemenang-pilkada-sudah-terprediksi-sejak-awal/feed/ 0
Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/ https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/#respond Mon, 03 Mar 2025 07:49:23 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76600 Menjadi pekerja migran di luar negeri merupakan sebuah pilihan untuk mengubah nasib dan lepas dari belenggu kemiskinan. Meski dijuluki sebagai pahlawan Devisa karena penghasilan dari mereka mengalir ke kampung halamannya. Namun tidak semua pekerja migran bisa meraih impiannya, tidak jarang mereka terkena persoalan kasus hukum dari status pekerja ilegal, korban perdagangan manusia hingga resiko kasus […]

Artikel Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Menjadi pekerja migran di luar negeri merupakan sebuah pilihan untuk mengubah nasib dan lepas dari belenggu kemiskinan. Meski dijuluki sebagai pahlawan Devisa karena penghasilan dari mereka mengalir ke kampung halamannya. Namun tidak semua pekerja migran bisa meraih impiannya, tidak jarang mereka terkena persoalan kasus hukum dari status pekerja ilegal, korban perdagangan manusia hingga resiko kasus perceraian di rumah tangganya.

Hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan lembaga Child Health and Parent Migration in Southeast Asia (CHAMPSEA) sejak tahun 2008, ditemukan fenomena gangguan perkawinan atau marital disruption di kalangan rumah tangga migran Indonesia.

Prof. Dr. Sukamdi, M.Sc., selaku peneliti PSKK menyampaikan bahwa menjadi migran diasumsikan dapat membantu keluar dari kemiskinan, meskipun kenyataannya tidak seperti itu. Meksi remitan yang dihasilkan juga mampu membantu mereka untuk bertahan di masa pandemi bahkan kondisi ekonomi mereka cenderung stabil. Akan tetapi tidak, sedikit pekerja migran yang mengalami ketidak harmonisan keluarga. “Inilah dampak yang paling signifikan dirasakan rumah tangga pekerja migran indonesia. Banyak terjadi kasus perceraian akibat mereka harus bekerja ke luar negeri menyebabkan mereka terpaksa berpisah dari keluarga sehingga keharmonisan sudah tidak terbangun,” kata Sukamandi dalam memaparkan hasil penelitian, kamis (27/2) lalu.

Anggota keluarga yang paling menjadi korban disini adalah anak dari rumah tangga para pekerja migran. Bahkan kesehatan mental sering dialami oleh anak migran seperti emosional symptoms, perilaku anak cenderung nakal, dan hiperaktif. ‘Dampaknya sangat berpengaruh pada kesehatan mental anak,” ujarnya.

Menurut data, kata Sukamdi, pekerja migran yang terdata oleh pemerintah hanya sebagian kecil dari jumlah yang berangkat ke luar negeri. Umumnya mayoritas gender pekerja migran adalah perempuan. Ditemukan banyak kasus dimana pekerja yang berangkat ke luar negeri dengan dokumen yang tidak resmi atau ilegal. Fenomena ini juga disebabkan oleh majikan nakal yang membutuhkan tenaga akan tetapi tidak melalui jalur resmi. “Oknum calon majikan menjanjikan untuk mengurus semua dokumen akan tetapi hal tersebut tidak juga terlaksana sehingga pekerja migran tersebut terpaksa menjadi imigran ilegal. Dengan skenario yang diatur sedemikian rupa sehingga kecurangan ini tidak terdeteksi dan dicurigai,” paparnya.

Prof. Lucy Jordan selaku peneliti CHAMSEA mengatakan pihaknya  bersama PSKK UGM melakukan sebuah riset panjang mengenai migrasi internasional. Penelitian dilaksanakan di Ponorogo yang mana merupakan daerah dengan kantong imigran yang cukup besar.  Namun dari hasil penelitian mereka belum lama ini sudah banyak ditemukan perubahan cara berpikir masyarakat  tentang menjadi pekerja migran. “Banyak masyarakat yang sudah tidak menyarankan untuk pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan himpitan kemiskinan. “Perubahan itu terjadi, orang mengubah cara berpikirnya,” ungkapnya.

Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, Fisipol UGM, Dr. Ely Susanto, mengungkapkan bahwa jumlah imigran yang keluar negeri untuk bekerja atau pun sekolah semakin bertambah sehingga perlu adanya perlindungan hukum yang mampu melindungi warga negara Indonesia di luar negeri. “Jangan sampai mereka di nina bobokan dengan istilah pahlawan devisa,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), pada Januari-Agustus 2024 terdapat 207.090 pekerja migran Indonesia (PMI) yang ditempatkan di berbagai negara. Sebanyak 108.477 orang bekerja di sektor informal, sedangkan 98.613 lainnya di sektor formal. Pekerja migran didominasi oleh perempuan sebanyak 141.627 dan laki-laki sebanyak 65.463 pekerja.

Kasus gangguan perkawinan di kalangan pekerja migran indonesia menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Pemerintah diharapkan mampu memberikan perlindungan tidak hanya untuk pekerja migran indonesia namun juga terhadap keluarga yang ditinggalkan terutama anak-anak di rumah tangga PMI. Jangan sampai yang awalnya bertujuan untuk menggapai kesejahteraan hidup malah membuat trauma mendalam bagi anak-anak yang ditinggalkan.

Penulis : Jelita Agustine

Editor   : Gusti Grehenson

Foto.    : Freepik dan Dok.PSKK

Artikel Hasil Riset, Mayoritas Pekerja Migran Alami Gangguan Perkawinan  pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/hasil-riset-mayoritas-pekerja-migran-alami-gangguan-perkawinan/feed/ 0
UGM Kembangkan Microforest, Alternatif Baru dalam Inisiatif Dekarbonisasi https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-kembangkan-microforest-alternatif-baru-dalam-inisiatif-dekarbonisasi/ https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-kembangkan-microforest-alternatif-baru-dalam-inisiatif-dekarbonisasi/#respond Thu, 20 Feb 2025 01:26:17 +0000 https://ugm.ac.id/?p=76262 Peneliti Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi (PUIPT) Microalgae Biorefinery mengembangkan inovasi pemanfaatan mikroalga sebagai solusi penyerapan karbon pada industri. PSE UGM menghasilkan inovasi berupa Algaetree dan Algaerium suatu sistem kultivasi mikroalga dalam photobioreactor yang dimodifikasi untuk mengoptimalkan penyerapan karbondioksida, baik dari lingkungan […]

Artikel UGM Kembangkan Microforest, Alternatif Baru dalam Inisiatif Dekarbonisasi pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Peneliti Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi (PUIPT) Microalgae Biorefinery mengembangkan inovasi pemanfaatan mikroalga sebagai solusi penyerapan karbon pada industri. PSE UGM menghasilkan inovasi berupa Algaetree dan Algaerium suatu sistem kultivasi mikroalga dalam photobioreactor yang dimodifikasi untuk mengoptimalkan penyerapan karbondioksida, baik dari lingkungan maupun udara sekitar. Dr. Nugroho Dewayanto mengungkapkan salah satu tantangan yang dihadapi oleh dunia industri saat ini adalah kewajiban untuk melakukan usaha-usaha pengurangan emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan bisnis mereka. Berbagai metode telah dikembangkan dalam melakukan program Carbon Capture serta Utilization and Storage (CCUS) di dunia industri. “Untuk mengembangkan Algaetree dan Algaerium ini, kami berkolaborasi dengan PT Enthalphy Environergy Consulting yang bergerak di bidang konsultasi ESS (Environmental, Social and Governance) dan PT Algatech Nusantara yang bergerak di bidang pengembangan produk dan bisnis mikroalga,” ungkap Arief saat wawancara, Rabu (19/2).

Kolaborasi yang terjalin antara UGM dan kedua perusahaan tersebut menghasilkan inovasi berupa Microforest yang merupakan pengembangan lanjutan dari Algaetree. Microfest menjadikan Algaetree sebagai produk yang lebih bernilai jual melalui desain yang futuristik dengan penambahan fitur-fitur seperti layar indikator karbon dioksida yang terserap serta oksigen yang dihasilkan oleh mikroalga Microforest adalah pengembangan lanjutan dari Algaetree, dengan kapasitas media kultivasi 100 liter, alat ini mempunyai kemampuan penyerapan karbon hingga 37,6 kilogram per tahun, atau setara dengan kemampuan penyerapan karbon oleh 4 pohon berusia dewasa.

Dr. Eko Agus Suyono, salah satu peneliti, berujar Microforest didesain tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis, sehingga dapat ditempatkan di dalam ruangan atau lobi gedung. Keunggulannya terletak pada kemampuannya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen di lokasi yang tidak memungkinkan tanaman tumbuh serta tidak membutuhkan lahan luas. Hal ini menjadikan Microfest solusi ideal untuk mendukung sustainability. “Saat ini, teknologi Microforest telah mendapat respons positif dari berbagai industri yang tengah berupaya menerapkan dekarbonisasi untuk memperkuat komitmen ESG (Environmental, Social, Governance) mereka,” ujarnya.

Salah satu perusahaan yang tertarik untuk menggunakan Microfest adalah PT Pertamina EP Cepu Regional 4 yang mengelola kegiatan eksplorasi Pertamina di wilayah Indonesia Timur. Selain Microfest, PT Pertamina juga tertarik untuk menggunakan Oxyflow, pengembangan lanjutan dari Algaerium. Melalui kesepakatan kerjasama dengan PUIPT Microalgae Biorefinery, PT Pertamina akan memasang instalasi Microforest dan Oxyflow sebanyak 5 unit di kantor pusat mereka yang berlokasi di Patra Jasa Office Tower, Jakarta. Melalui kerja sama ini, PT Pertamina EP Cepu Regional 4 berharap dapat menjadi pelopor di Pertamina dalam usaha-usaha dekarbonisasi menggunakan pendekatan alam, sebagai pelengkap teknologi CCUS yang selama ini sudah mulai mereka terapkan.

Prof. Ir. Arief Budiman, peneliti di PSE UGM, bertutur kerja sama dengan PT Pertamina EP Cepu Regional 4 ini akan berlangsung selama dua tahun dengan dukungan operasional dari PT Algatech Nusantara. Ia berharap dirinya dan dua rekan peneliti lainnya dapat terus mengembangkan inovasi berbasis mikroalgae agar semakin banyak industri yang dapat memanfaatkannya sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dalam mendukung komitmen Indonesia bebas karbon di tahun 2060 mendatang.

Penulis: Triya Andriyani

Foto: Dokumentasi PSE UGM

Artikel UGM Kembangkan Microforest, Alternatif Baru dalam Inisiatif Dekarbonisasi pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-kembangkan-microforest-alternatif-baru-dalam-inisiatif-dekarbonisasi/feed/ 0
Padukan Sains dan Teknologi, Tim UGM dan Edinburgh Bikin Robot dari Rangka Biawak https://ugm.ac.id/id/berita/padukan-sains-dan-teknologi-tim-ugm-dan-edinburgh-bikin-robot-dari-rangka-biawak/ https://ugm.ac.id/id/berita/padukan-sains-dan-teknologi-tim-ugm-dan-edinburgh-bikin-robot-dari-rangka-biawak/#respond Fri, 07 Feb 2025 05:13:08 +0000 https://ugm.ac.id/?p=75676 Umumnya robot dibuat dari berbagai dari berbagai bahan seperti baja, aluminium karet, plastik atau kardus. Selanjutnya dipadu dengan berbagai komponen mikrokontroler dan sensor. Berbeda dengan yang satu ini, tim fakultas Biologi UGM dan universitas Edinburgh membuat robot dengan rangka asli seekor biawak. Kolaborasi ini menghasilkan necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana sebagai bahan pembelajaran di bidang sistematika […]

Artikel Padukan Sains dan Teknologi, Tim UGM dan Edinburgh Bikin Robot dari Rangka Biawak pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Umumnya robot dibuat dari berbagai dari berbagai bahan seperti baja, aluminium karet, plastik atau kardus. Selanjutnya dipadu dengan berbagai komponen mikrokontroler dan sensor. Berbeda dengan yang satu ini, tim fakultas Biologi UGM dan universitas Edinburgh membuat robot dengan rangka asli seekor biawak. Kolaborasi ini menghasilkan necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana sebagai bahan pembelajaran di bidang sistematika hewan. Teknologi ini memadukan antara ilmu sains dan engineering, melalui kerja sama antar kedua universitas.

Penelitian ini digagas oleh Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono dengan Dosen Edinburgh University, Dr. Parvez Alam pada September tahun lalu. Ide tersebut bermula saat Parves Alam mengajak dua mahasiswanya yang tengah menempuh pendidikan master degree School of Engineering di University of Edinburgh yakni Leo Foulds dan Nadia Ditta untuk datang dan bekerja di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM guna mempelajari kerangka reptil terutama biawak dan ular. “Saat itu dosen Biologi, Donan Satria Yudha,  memberikan informasi terkait cara bergerak reptil, taksonomi, dan anatomi reptil yang ada di Indonesia,” kata Eko dalam keterangan kepada wartawan, Jumat (7/2).

Selama 2 minggu pertama, kata Eko, kedua tim berbagi tugas  dari mempelajari pergerakan biawak dengan merekam biawak dewasa hidup saat berjalan yang dilakukan oleh Dr. Pervez Alam. Selanjutnya, kedua tim mempelajari mekanika tulang biawak dan melakukan CT Scan rangka biawak untuk membuat cetakan rangkanya. “Selanjutnya rangka ini akan dipasang mesin robot saat kembali ke Edinburgh,” katanya

Pada pertengahan Januari 2025, Parvez menghubungi Eko Agus Suyono beserta Donan untuk menunjukkan video yang berisi rekaman cetakan rangka biawak yang dapat berjalan setelah dipasang mesin necrorobot. Pada akhir Januari 2025, Parvez kembali lagi ke Fakultas Biologi UGM untuk merangkai mesin robot tersebut di kerangka biawak asli. “Selama merangkai mesin robot pada rangka biawak asli, dibantu oleh Donan Satria Yudha, ia juga dibantu oleh Frans dari staf Museum Biologi serta beberapa mahasiswa,”katanya.

Saat merangkai mesin robot ke rangka biawak tersebut melibatkan Donan Satria Yudha, M.Sc. yang merupakan dosen Laboratorium Sistematika Hewan Beliau bersama FX Sugiyo Pranoto, S.Si. atau dari Museum Biologi UGM, dan beberapa mahasiswa seperti Rashif Naufal Andika, S.Si., Ananto Puradi Nainggolan, S.Si., Maula Haqul Dafa, S.Pd., Arkanniti Dibyawedha Adisajjana dan Afif Fatah Rizki.

Merangkai robot pada kerangka biawak asli menurut Eko tidaklah mudah. Parvez berhasil menyelesaikan dalam tiga hari hingga akhirnya berhasil menyusun necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana. Hasil ini sangat melegakan, mengingat perbedaan bahan, komposisi serta struktur antara cetakan dengan tulang aslinya. Necrorobot biawak tersebut selanjutnya dihibahkan oleh Parvez ke Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM, agar dapat menjadi pembelajaran baru bagi dosen dan para mahasiswa umumnya. “Bagi Fakultas Biologi kegiatan mempelajari dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini merupakan pengetahuan yang baru,” pungkasnya.

Penulis : Jelita Agustine

Editor : Gusti Grehenson

Artikel Padukan Sains dan Teknologi, Tim UGM dan Edinburgh Bikin Robot dari Rangka Biawak pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/padukan-sains-dan-teknologi-tim-ugm-dan-edinburgh-bikin-robot-dari-rangka-biawak/feed/ 0
Peneliti UGM Berhasil Kembangkan Imunostimulan Ikan dan Udang dari Rumput Laut Cokelat https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-berhasil-kembangkan-imunostimulan-ikan-dan-udang-dari-rumput-laut-cokelat/ https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-berhasil-kembangkan-imunostimulan-ikan-dan-udang-dari-rumput-laut-cokelat/#respond Thu, 06 Feb 2025 07:25:45 +0000 https://ugm.ac.id/?p=75609 Guru Besar Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., berhasil memperoleh penghargaan dari The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada 14 peneliti dari 26 perguruan tinggi di Asia Tenggara. Alim menerima penghargaan ini bersama dua dosen UGM lain, yaitu Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D. dari Fakultas […]

Artikel Peneliti UGM Berhasil Kembangkan Imunostimulan Ikan dan Udang dari Rumput Laut Cokelat pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Guru Besar Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., berhasil memperoleh penghargaan dari The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada 14 peneliti dari 26 perguruan tinggi di Asia Tenggara. Alim menerima penghargaan ini bersama dua dosen UGM lain, yaitu Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D. dari Fakultas Teknologi Pertanian dan Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D. dari Fakultas Kedokteran Gigi.

Alim meraih penghargaan kategori Best Innovation Award dengan inovasinya mengenai proses nir limbah dalam pemanfaatan rumput laut cokelat untuk penanggulangan penyakit ikan atau udang dan produksi pupuk hayati. “Inovasi ini terinspirasi dari kekayaan laut Indonesia yang masih belum banyak digarap oleh peneliti maupun industri,” kata Alim kepada wartawan, Kamis (6/2).

Menurut Alim, rumput laut cokelat atau Phaeophyceae, memiliki kandungan alginat yang tinggi. Selain itu, rumput laut cokelat juga mengandung fucoidan. “Alginat dapat diterapkan di bidang medis, industri, pangan, pakan dan perikanan,” ujarnya.

Penelitiannya, kata Alim, berkutat pada pemanfaatan kandungan senyawa alginat dan fucoidan yang terdapat pada rumput laut cokelat untuk bidang akuakultur. Sebagai dosen Departemen Perikanan Fakultas Pertanian, Alim menggunakan senyawa alginat untuk meningkatkan kekebalan ikan dan udang. Sementara senyawa fucoidan digunakan untuk meningkatkan efektivitas vaksin ikan. “Penelitian ini menghasilkan beberapa formulasi imunostimulan yang berbasis pada alginat dan fucoidan,” paparnya.

Alim berharap hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di masyarakat, baik oleh industri maupun pembudidaya ikan. Pasalnya, industri farmasi veteriner dapat memproduksi vaksin ikan dengan tambahan adjuvant yaitu fucoidan dan immunostimulan. “Vaksin ini telah didistribusikan ke petani ikan laut untuk meningkatkan sistem kekebalan ikan.  Kita juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk mengkomersialisasikan produk-produk tersebut,” terangnya.

Ke depannya, Alim berharap penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan sempurna. Salah satu upayanya adalah dengan meng-upgrade teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin dan immunostimulan. Alim mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mulai membuat nanopartikel berupa nanoalginat dan nanofucoidan. Dengan membuat partikel-partikel nano, efektivitas produk hasil formulasi diharapkan akan meningkat. “Kita ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi perikanan sebagai sumber protein untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat,” tutur Alim.

Penelitian yang memanfaatkan rumput laut cokelat ini, diakui Alim, berbasis pada konsep zero waste process. Alim mengaku bersyukur mendapatkan penghargaan terkait risetnya dalam pemanfaatan rumput laut cokelat.  Selain mendapat penghargaan dari Hitachi Award, sebelumnya Alim juga mendapatkan penghargaan sebagai Academic Leader Bidang Kemaritiman dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2023. “Saya bangga sebagai insan UGM, karena penghargaan ini juga menunjukkan reputasi UGM yang diakui secara nasional dan internasional” ujarnya.

Penulis  : Tiefany

Editor    :   Gusti Grehenson

Foto      : Firsto & Antara

Artikel Peneliti UGM Berhasil Kembangkan Imunostimulan Ikan dan Udang dari Rumput Laut Cokelat pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/peneliti-ugm-berhasil-kembangkan-imunostimulan-ikan-dan-udang-dari-rumput-laut-cokelat/feed/ 0
Dosen UGM Teliti Potensi Ragi Merah untuk Sumber Energi Alternatif https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-ugm-teliti-potensi-ragi-merah-untuk-sumber-energi-alternatif/ https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-ugm-teliti-potensi-ragi-merah-untuk-sumber-energi-alternatif/#respond Thu, 06 Feb 2025 04:42:16 +0000 https://ugm.ac.id/?p=75591 Produksi sumber energi di seluruh dunia dihadapkan pada kendala ketergantungan pada bahan bakar fosil yang suatu saat pasti akan habis. Sementara tantangan pengembangan energi alternatif lainnya dihadapkan pada biaya produksi yang tinggi dan efisiensi produksi yang rendah. Dosen Biologi UGM Ganies Riza Aristya, S.Si., M.Sc., Ph.D., tengah meneliti Jamur Rhodotorula glutinis atau biasa disebut ragi merah sebagai […]

Artikel Dosen UGM Teliti Potensi Ragi Merah untuk Sumber Energi Alternatif pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Produksi sumber energi di seluruh dunia dihadapkan pada kendala ketergantungan pada bahan bakar fosil yang suatu saat pasti akan habis. Sementara tantangan pengembangan energi alternatif lainnya dihadapkan pada biaya produksi yang tinggi dan efisiensi produksi yang rendah.

Dosen Biologi UGM Ganies Riza Aristya, S.Si., M.Sc., Ph.D., tengah meneliti Jamur Rhodotorula glutinis atau biasa disebut ragi merah sebagai sumber energi bahan bakar alternatif. Jamur ini dapat ditemukan di beberapa lingkungan dan dapat diisolasi dari udara, tanah, rumput, danau, lautan, makanan, buah-buahan, kulit manusia, maupun kotoran manusia. Riset ini diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan mikroorganisme untuk produksi bioenergi sebagai sumber energi terbarukan sebagai pengganti sumber energi fosil

Soal seberapa besar potensi ragi merah untuk sumber energi alternatif, Ganies menyebutkan ragi merah ini berpotensi besar sebagai sumber energi karena jamur ini mampu mengakumulasi dan memproduksi lipid dalam jumlah yang besar. “Dalam beberapa kasus akumulasi lipid pada R. glutinis dapat mencapai 72,4% yang membuatnya berpotensi sebagai penghasil lipid untuk sumber energi,” kata Ganies kepada wartawan, kamis (7/2).

Kemampuannya dalam menghasilkan lipid dalam jumlah besar berasal dari jalur biosintesis yang memungkinkan mikroorganisme ini mengonversi berbagai sumber karbon menjadi senyawa bernilai tinggi, termasuk lipid ataupun biopolimer lainnya. Bahkan pengembangan produk lipid tidak hanya berupa biofuel namun bisa ke arah pengembangan produk biopolimer dapat berupa polimer penyusun bioplastik, polyhydroxybutyrate. “Pengoptimalan sintesis senyawa esensial pada ragi merah ini dapat dilakukan dengan rekayasa proses, rekayasa genetik, ataupun rekayasa metabolisme,” ungkapnya.

Dipilihnya Ragi merah atau R. glutinis dipilih sebagai bahan riset, kata Ganies, dirinya melihat kemampuannya jamur ini dalam mengakumulasi lipid dalam jumlah tinggi, terutama dalam bentuk triasilgliserol (TAG) yang dapat dikonversi menjadi energi dalam bentuk biofuel. “R. glutinis juga dipilih sebagai bahan riset karena kemampuannya untuk tumbuh pada berbagai macam substrat,” katanya.

Tidak hanya sampai di situ, kemampuan ragi merah dalam memproduksi lipid lebih dari 15% dari berat kering selnya, ragi ini juga memiliki kemampuan untuk memetabolisme berbagai senyawa yang digunakan sebagai sumber karbon, seperti monosakarida, disakarida, atau polisakarida, asam organik, gliserol, bahan baku, produk sampingan industri, dan limbah cair.

Perlu diketahui, kampuan jamur ini mampu memproduksi dan mengakumulasi lipid dalam jumlah yang besar saat mengalami keterbatasan nitrogen namun memiliki ketersediaan karbon yang cukup. Dalam kondisi tersebut, yeast akan mengarahkan metabolisme untuk biosintesis lipid sebagai cadangan energi berupa Triasilgliserol (TAG). Selanjutnya, Lipid yang dihasilkan dapat diekstraksi dan dikonversi menjadi biodiesel yang digunakan sebagai sumber energi. “Lipid yang diperoleh dari sel ragi akan dikonversi menjadi biodiesel melalui transesterifikasi yang akan mereaksikan TAG dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel dalam bentuk fatty acid methyl ester (FAME). Biodiesel yang diperoleh dapat digunakan sebagai energi,” katanya.

Penelitian mengenai rekayasa genetik pada mikroorganisme ini sudah berlangsung 8 tahun. Atas riset yang tengah dilakukannya ini bersama tim, ganies berhasil mendapatkan dana hibah penelitian untuk kategori Science and Technology Research Grant (STRG) dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF). Dengan karyanya yang berjudul “Yeast Bioengineering for Sustainable Lipid-Based Energy Production from Rhodotorula glutinis,” Ganies merupakan salah satu dari 18 penerima penghargaan STRG-ITSF tahun 2025 pada 30 januari lalu di Jakarta.

Penulis : Jelita Agustine

Editor : Gusti Grehenson

Artikel Dosen UGM Teliti Potensi Ragi Merah untuk Sumber Energi Alternatif pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-ugm-teliti-potensi-ragi-merah-untuk-sumber-energi-alternatif/feed/ 0
Teliti Manfaat Mikroprotein pada Jamur Tempe, Rachma Wikandari Raih Penghargaan Hitachi Award https://ugm.ac.id/id/berita/teliti-manfaat-mikroprotein-pada-jamur-tempe-rachma-wikandari-raih-penghargaan-hitachi-award/ https://ugm.ac.id/id/berita/teliti-manfaat-mikroprotein-pada-jamur-tempe-rachma-wikandari-raih-penghargaan-hitachi-award/#respond Tue, 04 Feb 2025 08:45:27 +0000 https://ugm.ac.id/?p=75446 Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada, Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D., berhasil mendapatkan penghargaan The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi risetnya mengenai mikroprotein yang dikembangkan dari air rebusan kedelai. Penelitian mengenai mikroprotein telah dilakukan Rachma kurang lebih selama 4 tahun ini. Menurutnya, mikroprotein merupakan protein alternatif yang […]

Artikel Teliti Manfaat Mikroprotein pada Jamur Tempe, Rachma Wikandari Raih Penghargaan Hitachi Award pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada, Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D., berhasil mendapatkan penghargaan The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi risetnya mengenai mikroprotein yang dikembangkan dari air rebusan kedelai.

Penelitian mengenai mikroprotein telah dilakukan Rachma kurang lebih selama 4 tahun ini. Menurutnya, mikroprotein merupakan protein alternatif yang memiliki kandungan nutrisi protein yang berada di antara daging dan kedelai. Kandungan asam amino yang dimiliki juga lebih lengkap dibanding kedelai. Mikroprotein sendiri terbuat dari Miselium jamur tempe yang ditumbuhkan pada media cair. Tekstur hasil panen seperti adonan kue (dough) sehingga mudah untuk dibentuk seperti bakso atau sosis. “Hanya saja masih perlu adanya pengembangan untuk tekstur hasil panen supaya mirip seperti daging ayam,” kata Rachma, Selasa (4/2) .

Terkait kepakarannya dalam pengolahan pangan, Rachma menyebutkan keunggulan dari mikroprotein ini tidak hanya dari segi nutrisinya saja. Namun, proses pembuatan Mikroprotein ini sendiri cukup singkat yaitu 2 hari dengan hasil panen mencapai satu kilogram. Bahkan ukuran reaktor yang dibutuhkan hanya 1×1 meter sehingga tidak memakan tempat. “Enzim yang terkandung di dalamnya bisa tumbuh dalam berbagai macam substrat contohnya seperti air rebusan kedelai,” jelasnya.

Tidak hanya pada kandungan nutrisi, imbuhnya, produksi mikroprotein bisa menanggulangi permasalahan limbah yang dihasilkan industri tempe serta menambah pendapatan bagi pedagang tempe. Untuk saat ini, Rachma tengah membuat model sterilisasi media dan saat ini pun sedang dikaji lebih mendalam untuk reaktor agar dapat lebih sederhana sehingga bisa untuk dikomersilkan.

Riset yang dilakukan Rachma ini tidak hanya membawanya memenangkan penghargaan Hitachi Awards, sebelumnya Ia juga sudah beberapa kali memenangkan penghargaan salah satunya L’Oreal – Unesco for Women in Science National Fellowship 2024 Award Academy.

Penghargaan yang didapatkan ini, Rachma Wikandari juga menyampaikan bahwa dirinya jadi semakin termotivasi untuk terus memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Apalagi selama pengembangan riset ini, katanya,  ia tantangan tersendiri dalam upaya pengenalan ke masyarakat. Dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung tidak mudah menerima olahan pangan baru yang dianggap asing atau biasa disebut food neophobia. Padahal jamur yang ada dalam produk mikroprotein ini sebenarnya sama dengan jamur yang ada pada tempe sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi olahan mikroprotein.

Pada bulan Desember 2024 lalu, kata Rachma, mikroprotein telah diperkenalkan kepada masyarakat dengan bekerja sama dengan seorang chef untuk mengolah produk tersebut menjadi spaghetti. Tanggapan dari masyarakat pun positif dan banyak yang menyukai olahan mikroprotein. Mereka berpendapat bahwa olahan mikroprotein memiliki tekstur yang mirip dengan sosis.

Rachma berharap, riset potensi pangan alternatif yang ia kembangkan ini bisa berkontribusi menyelesaikan masalah di masyarakat dengan mencari dan memanfaatkan potensi pangan lokal.

Penulis : Jelita Agustine

Editor : Gusti Grehenson

Foto : Firsto dan Shutterstock

Artikel Teliti Manfaat Mikroprotein pada Jamur Tempe, Rachma Wikandari Raih Penghargaan Hitachi Award pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/teliti-manfaat-mikroprotein-pada-jamur-tempe-rachma-wikandari-raih-penghargaan-hitachi-award/feed/ 0